Setelah membaca artikel “Penggunaan Kalimat Tidak Formal Dalam Radiotelephony” oleh kapten Fadjar Nugroho, saya menjadi berpikir mengenai penggunaan radiotelephony yang seringkali mengakibatkan kebingungan maupun mengganggu pengguna radio lainnya. Tentu saya sangat setuju dengan artikel kapten Fadjar mengenai penggunaan standard phraseology untuk mencegah adanya kebingungan, terutama apabila berbicara dengan lawan bicara yang bukan penutur bahasa yang sama. Hanya seringkali, ada beberapa Dos and Don’ts dalam radiotelephony yang tidak diajarkan secara formal kepada pilot, teknik-teknik maupun etika dalam membuat radio transmition yang biasanya hanya diajarkan oleh seorang instruktur penerbang secara verbal. Di sini saya coba mendaftar beberapa Dos and Don’ts yang pernah saya pelajari dari pilot lain maupun dari SOP airline yang pernah saya baca. Semoga berkenan.
Do’s
- Seperti yang kita semua sepakati – Gunakan standard phraseology yang diakui.
- Sebutkan angka sesuai metode yang sesuai dengan ICAO. Contohnya seperti, “heading one eight zero”, “flight level three six zero”, “RVR five hundred metres”.
- Sebutkan angka dalam callsign secara tersendiri, dan tidak digabung. Pengecualian adalah di Australia, di mana callsign bisa disingkat, contohnya “Elang one one two three” boleh disebut “Elang eleven twenty three”.
- Bicaralah dengan jelas, jangan terlalu cepat, dan pastikan posisi mic tidak terlalu jauh dari bibir.
- Apabila ada keraguan, gunakan frasa “say again”, hindari penggunaan frasa “confirm FL280”.
- Apabila baru pindah ke frekuensi baru, tunggu sebentar dan dengarkan sebelum melakukan transmisi.
- Apabila ATC memberi instruksi beserta dengan informasi yang tidak perlu diread-back, jangan read-back informasi tersebut. Contohnya;
- ATC memberi instruksi, “Elang one two three, heading 360, speed 200 knots, you are number 6 in sequence”, maka pilot hanya perlu membalas “heading 360, speed 200 knots, Elang one two three”.
- ATC memberi clearance, ”Elang one two three, runway damp, wind three six zero at five, clear to land runway two five right”, maka pilot hanya perlu membalas, “clear to land runway two five right, Elang one two three”. Kata-kata yang digaris-bawahi tidak perlu diread-back.
- ICAO mengharuskan readback atas:
- Clearances and instruction to enter, land on, take-off from, hold short of, cross and backtrack on ANY runway.
- Runway in use
- Altimeter setting
- SSR code
- Level instruction
- Heading and speed instruction
- Transition level
- Frequencies
Don’ts
- Menggunakan read-back yang tidak sesuai standard.
- Saat mengajukan request, hindari penggunaan frasa “…if available”, “…if traffic permit”, dan sebagainya. Karena frasa seperti itu mubazir, apabila memungkinkan, ATC pasti akan menyetujui request pilot.
- Hindari menambahkan kata-kata yang tidak perlu saat pindah frekuensi terutama di FIR yang sama seperti yang digarisbawahi di contoh berikut:
- “Jakarta control, elang one two three with you on handoff maintaining flight level three six zero, on one three five decimal niner, squaking one two four seven”.
- Gunakan pleasantries atau frasa-frasa sopan santun seperti “terima kasih banyak “, “selamat bertugas” secara tidak berlebihan dan tepat waktu. Walaupun tujuannya baik, tetapi apabila digunakan tidak pada waktu maupun tempat yang sesuai seperti di frekuensi yang sangat padat, akan menghabiskan airtime yang sangat berharga dan seringkali memblok transmisi pilot lain yang mengira transmisi anda sudah selesai.
- Saat pindah ke frekuensi baru dan sedang tidak berada dalam level flight, katakan “climbing six thousand”, “descending five thousand”. Jangan gunakan kata “to” sebelum pengucapan altitude, karena bisa disalah mengertikan sebagai “two”. Contoh yang harus dihindari seperti; “Elang one two three climbing to seven thousand”
- Jangan gunakan phraseology yang tidak berlaku seperti “charlie-charlie”, “ready in-turn”, “with you”, “checking-in”, “out of six thousand..”.
- Tidak perlu melaporkan mencapai top-of-climb di radar environment, kecuali atas permohonan ATC.
- Jangan melakukan initial contact atau sekedar memanggil hanya untuk mendapatkan perhatian ATC karena hal tersebut sangat menghabiskan waktu yang berharga.
Elang 123: "Jakarta Control, Elang one two three" (2 detik)
Jakarta: “Elang one two three, Jakarta control, go ahead". (2 detik)
Satu kali initial contact bisa menghabiskan 4 detik, apabila semua pilot melakukan prosedur ini, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah transmisi akan menjadi dua kali lipat. - Jangan bercanda di frekwensi radio penerbangan, apalagi di 121.5. Alasan pertama, itu illegal. Alasan kedua, itu tidak lucu dan merusak citra professional penerbang.
Terakhir, kita harus ingat kita berbagi dengan pengguna radio lainnya, be considerate to others.