Januari 2009, jam 11 malam WIBB, kami sedang terbang dari Jakarta ke Singapore, berada di antara VOR PLB (radio navigasi di kota Palembang) dan titik navigasi PARDI, perbatasan area kontrol Indonesia dan Singapore.
Kami mendengar percakapan berikut yang terjadi di frekuensi Jakarta Upper Control, karena tidak direkam maka mungkin kata-katanya yang tidak persis sama.
- Jakarta: Indonesia xxx, contact Singapore Radar 134.4, Assalamualaikum, have a nice flight!
- Indonesia xxx:Singapore 134.4, terima kasih pak, waalaikum salam
- Nxxx:Jakarta, Nxxx (saya tidak ingat registrasinya, tapi yang saya ingat ini adalah N number dari USA)
- Jakarta:Station calling, say again ?(Jakarta tidak mendengar jelas pesawat yang memanggil, sepertinya kualitas penerimaan radio Jakarta Control kurang baik, karena hal ini juga terjadi pada kami sebelumnya di saat yang sama)
- Nxxx:Jakarta, Nxxx passing Flight Level 260 climbing Flight Level 320
- Jakarta:Nxxx, climb FL 320 call reaching
- Nxxx:Climb fl 320, call you reaching, and we have some delay also having long long long night so we would appreciate if we can get some short cut. (penerbang ini minta potong kompas untuk mengurangi delay yang dia alami).
- Jakarta:Nxxx say again ? (Jakarta tidak terlalu mengerti apa yang dia minta)
- Nxxx: We have some delay also having long long long flight tonight so we would appreciate if we can get some short cut. (mengulangi kalimat yang didramatisir untuk mendapatkan perhatian dari ATC Jakarta)
- Jakarta: Nxxx confirm you are looking for higher level? (masih belum jelas terhadap permintaan Nxxx)
- Nxxx:Negative sir, we have some delay also having long long long flight tonight so we would appreciate if we can get some short cut for our routing.
- Jakarta: I can not get you, read you broken, confirm request higher? (ATC Jakarta belum mengerti dengan jelas dan mencoba lebih simple)
- Nxxx:Negative, negative sir, we have some delay also having long long long flight tonight so we would appreciate if we can get some short cut for our routing.
- Jakarta: Nxxx climb FL320, call when reaching
- Nxxx:Climb fl 320, call you reaching FL 320
Frekuensi kembali sunyi senyap.
Dari kejadian ini bisa dilihat terjadi kegagalan komunikasi normal, karena pesawat dengan registrasi Nxxx ini mencoba meminta sesuatu yang tidak dimengerti oleh Jakarta Control, baik karena transmisi yang kurang baik ataupun karena bahasa "casual"/ tidak resmi dan tidak baku yang dipakai oleh Nxxx ini. Padahal yang dia minta hanyalah jalur potong kompas untuk mengurangi waktu tempuh. Penerbang ini mencoba bercerita dan mengeluh bahwa dia mengalami keterlambatan dan penerbangannya adalah penerbangan panjang pada malam itu. Ada cara yang lebih sederhana untuk melakukan hal yang sama
Bayangkan komunikasi imaginer sebagai berikut:
- Nxxx: Jakarta, Nxxx
- Jakarta:Station calling Jakarta say again
- Nxxx:Jakarta, Nxxx passing FL 260 climbing FL 320
- Jakarta:Nxxx, climb FL 320 call reaching
- Nxxx: Climb fl 320, call you reaching, and request direct routing (bukan kata shortcut yang dipakai)
- Jakarta:Nxxx standby (memeriksa keadaan lalulintas udara)
- Jakarta:Nxxx direct to point ANSAX
- Nxxx:direct to point ANSAX, Thank you
Standard Calls
Dalam praktek penerbangan, ICAO menetapkan kata-kata baku (Standard Call) yang digunakan dalam komunikasi radio atau radiotelephony. Kata-kata baku ini juga dikenal dengan istilah Standard Phraseologies.
Dalam contoh percakapan imaginer di atas, kata-kata baku ini digunakan dan lebih dimengerti oleh kedua pihak (ATC dan penerbang), apalagi karena dalam hal ini kedua pihak bukanlah penutur asli bahasa Inggris.
Standard phraseologies juga mempunyai cara pengucapan tertentu untuk menghindari kesalahan pengertian karena perbedaan aksen dan ada juga modifikasi kata-kata tertentu untuk menghindari kesalahan maksud.
Contoh pengucapan tertentu salah satunya adalah kata Three (3) yang diucapkan dengan huruf R yang jelas seperti di bahasa Indonesia menjadi Tree, biarpun kata three sebenarnya diucapkan dengan pengucapan huruf R yang ringan seperti Thwee.
Sedangkan modifikasi kata dapat ditemukan salah satunya di kata Four yang berarti 4. Dalam radio telekomunikasi penerbangan kata ini diucapkan FOWER untuk menghindari salah maksud dengan kata FOR (untuk).
Casual Conversation
Percakapan tidak formal atau casual conversation kerap dilakukan oleh penerbang dan ATC. Sebagai manusia beradab dan sopan tentunya penerbang dan ATC mempunyai tatakrama dalam berucap karena manusia bukanlah robot.
Dalam percakapan di atas, ATC Jakarta memberikan salam dan mendoakan penerbangan yang nyaman dan penerbang Garuda menjawab salam tersebut, dalam bahasa di luar bahasa baku penerbangan. Percakapan tidak formal ini bukanlah hal yang tabu dalam penerbangan biarpun sangat tidak dianjurkan. Bahkan di negara-negara penutur asli bahasa Inggris seperti Amerika Serikat, Australia dan Inggris, pengucapan dengan hanya menggunakan standard phraseologies lebih sedikit dilakukan. Bagi mereka berbicara di radio dengan kata-kata baku menjadi seperti robot dan sangat kaku. Bahkan di USA tempat kami belajar menjadi penerbang, tidak ada pelajaran khusus radio telephony karena semua sudah dilakukan dalam bahasa Inggris. Yang ada hanya panduan menggunakan istilah-istilah penerbangan.
Dalam percakapan antara Jakarta Upper Control dan pesawat Nxxx, seharusnya penerbangnya mengubah kalimatnya menjadi kalimat baku ketika dia menyadari ATC tidak mendengar atau tidak mengerti permintaannya dengan jelas. Percakapan dalam kalimat yang lebih baku dicontohkan dalam percakapan yang kedua. Karena dengan kalimat baku dalam standard phraseologies, ATC akan lebih mudah mengerti permintaannya karena sudah familiar dengan kata-kata tersebut. Begitu pula jika terjadi sebaliknya antara ATC dan penerbang. Selain lebih mudah dimengerti, pemakaian kata-kata baku ini juga mengurangi panjang kalimat.
Dalam prakteknya tidak ada yang bisa memaksa semua insan penerbangan untuk memakai 100% standard phraseologies tanpa basa-basi atau sebaliknya juga tidak bisa mengharapkan salah satu pihak untuk menuturkan dan mengerti bahasa Inggris seperti orang yang berbahasa ibu dalam bahasa Inggris.
Tapi tidak ada salahnya untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris di luar bahasa penerbangan baku untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.
Seorang penerbang Indonesia yang akan terbang ke Australia misalnya, perlu belajar lagi untuk mengenali aksen lokal yang terkenal agak berbeda dengan bahasa Inggris pada umumnya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalah-pahaman karena masalah bahasa.
Begitu juga ATC yang menangani jalur penerbangan internasional juga perlu untuk mengasah kemampuan bahasa Inggris di luar standard phraseologies untuk mengerti kalimat tidak baku yang diucapkan oleh penerbang asing yang menerbangkan pesawatnya melewati kawasan Indonesia.