Beberapa waktu yang lalu, dalam masa peralihan menjadi Pilot In Command (PIC) di setiap latihan terbang saya untuk Visual Flight Rules (VFR), saya mengalami peristiwa yang tidak akan pernah saya lupakan. Kejadian ini berdasarkan kejadian nyata berdasarkan pengalaman saya pribadi. Tidak ada maksud untuk menunjukan kehebatan dalam pengalaman saya.

Flight Plan:

RPVM (Mactan) – Dumaguete (RPVD)
Distance: 80 Nautical Miles
Estimated flight duration: 1 Hour

Senin, 26 April 2010 

Satu hari sebelum terbang, saya memeriksa prakiraan cuaca dan foto dari satelit untuk daerah sekitar di mana saya akan terbang besok harinya. Setelah saya periksa, ternyata cuaca di rute yang akan saya terbangi tidak terlalu bagus pada saat itu.

15:30 UTC = 23:30 Local Philippines Time

[Warna putih: tertutup oleh awan, warna kuning: harus diwaspadai karena hujan, warna merah: harus dihindari. Cuaca sangat berbahaya untuk penerbangan]. 

Setelah itu, saya sudah berpikir untuk menunda atau membatalkan penerbangan saya esok harinya karena kondisi cuaca di Mactan & Dumaguete tidak baik untuk penerbangan VFR.

Selasa, 27 April 2010

Karena saya memiliki jadwal pertama di hari itu, saya berusaha untuk lepas landas tepat waktu, supaya tidak mengganggu jadwal terbang siswa lainnya.

Flight Instructor saya memberikan saya hak penuh untuk menentukan antara melanjutkan penerbangan, menunda atau membatalkan penerbangan dengan kondisi cuaca pagi itu. Setelah mempertimbangkan beberapa faktor, saya memutuskan untuk terus melanjutkan penerbangan di mana kondisi cuaca saat itu sudah mulai memburuk.

Alasan saya memilih untuk meneruskan penerbangan adalah karena Safety Pilot saya memiliki GPS saat itu, dan alat tersebut akan menjadi alat bantu navigasi utama karena VOR di pesawat yang akan saya gunakan tidak bekerja pada saat terbang dalam kondisi jarak pandang yang tidak jauh. Selain itu, Flight Insturctor saya juga meminjamkan radionya yang memiliki fungsi VOR.

Akhirnya, saya menyalakan mesin pesawat secepatnya, dengan tujuan untuk bisa secepatnya lepas landas sebelum Air Traffic Controller (ATC) menutup airport untuk penerbangan VFR.

Airborne time: 22:55 UTC = 06:55 Local Philippines Time

Tidak lama setelah saya lepas landas, ATC akhirnya menutup Mactan airport untuk penerbangan VFR. Jarak pandang berkurang drastis menjadi 2,000 meter dan mulai turun hujan.

Sekitar 6 Miles dari Mactan airport, saya mulai berpikir untuk segera kembali karena cuaca menjadi semakin buruk, tidak baik untuk terbang VFR. Apakah saya kembali ke Mactan airport?

Dengan sangat mengejutkan.. Tidak.

Pada saat itu saya berpikir untuk mengikuti garis pantai dari pulau Cebu, yang pada akhirnya akan membawa saya hingga bagian ujung selatan pulau Cebu. Kondisi cuaca di Mactan airport sudah tertutup oleh awan disertai dengan hujan lebat.

Di dalam benak saya, saya memikirkan cuaca di Dumaguete. Berdasarkan foto satelit, seharusnya cuaca di sana tidak baik. Tetapi di saat yang sama, saya berharap bahwa cuaca sudah membaik sesaat saya tiba di Dumaguete karena foto satelit yang saya lihat, diambil pada 15:30 UTC = 22:30 Local Philippines Time.

23:10 UTC = 07:10 Local Philippines Time

Setelah saya terbang sekitar 26 Miles South West (Barat Daya) dari Mactan 'sebuah kota bernama Carcar', saya mulai menyadari bahwa cuaca menjadi sangat buruk dan semakin buruk. Jarak pandang mulai berkurang dan awan yang tadinya saya lihat berada sekitar 7 Miles di sebelah kiri saya, mulai mendekat ke pesawat.

Pada saat itu, saya masih merasa percaya diri bahwa melanjutkan penerbangan ke Dumaguete lebih baik dari pada kembali ke Mactan karena cuaca di Mactan sudah tertutup oleh awan dan hujan.

Dan berikut foto satelit yang menunjukan kondisi cuaca pada saat itu, saat saya berada di kota Carcar.

 

Setelah Carcar, saya memutuskan untuk terus maju ke check point selanjutnya 'Kota Argao' karena saat itu kami masih bisa melihat garis pantai. Tidak mengetahui dengan pasti kondisi cuaca sebenarnya yang ada di depan kami.

23:18 UTC = 07:18 Local Philippines Time 

Pesawat melewati Argao,

Seperti yang dapat anda lihat di foto satelit sebelumnya, saya tidak dapat melihat apa-apa di depan, kecuali di sisi bagian barat pesawat, terlihat berawan tetapi masih memiliki jarak pandang yang sangat baik. Saya memutuskan untuk terbang ke alternate aerodrome yang tidak direncanakan (Bacolod airport – 70 Miles arah barat laut dari posisi pesawat saat itu). Saya bertanya kepada safety pilot saya untuk mencari informasi Bacolod airport dari GPSnya.

Bayangkan apa yang dapat terjadi jika saya terus memaksakan untuk melanjutkan terbang ke Dumaguete.

Karena kami akan melewati daerah dengan pegunungan di sisi barat, saya mulai menaikkan ketinggian pesawat ke 4,500 ft dengan melakukan spiral climb, berusaha untuk berada di 4,500 ft sebelum melalui daerah yang bergunung.

Kemudian …

Pesawat kami ditelan oleh awan yang mengejar kami. Kami tidak dapat melihat apa-apa di sekitar kami. Sangat disayangkan, awan tersebut terlalu berbaik hati dengan menambahkan efek tambahan, yaitu hujan.

Pada saat itu, saya tidak takut jika tersesat atau hilang kendali atas pesawat.

Tiba-tiba saya ingat apa yang dikatakan oleh Ground Instructor pada saat saya berada di CPL Ground School.

Jika sponge yang berada di intake port tidak dapat menahan air yang masuk, besar kemungkinan air akan masuk ke dalam cylinder dan akhirnya dapat mematikan mesin pesawat.

Saya masih ingat pada saat itu saya berdoa, “Please God, it's ok if no visibility. But please stop the rain

Di sini adalah saat di mana jantung saya mulai berdetak dengan cepat. Percayalah.. Mungkin beberapa dari kita dengan kondisi seperti yang saya alami, mulai berpikir akan hal terburuk yang bisa terjadi.

Saya mengubah keputusan saya untuk tidak melanjutkan terbang ke Bacolod karena awan yang melaju lebih cepat dibanding pesawat kami ke arah yang sama. Saya memutuskan untuk kembali ke Mactan, biarpun cuaca beberapa saat yang lalu, sangat buruk di airport tersebut. Berharap bahwa awan yang akan kami lalui tidak terlalu besar untuk dilewati dengan terbang ke arah timur.

Saya selalu bertanya ke safety pilot saya “Capt, are we clear from the mountainous area? Capt, are we clear from the mountainous area?” Saya tidak sabar untuk mulai menurunkan ketinggian pesawat karena mungkin jarak pandang akan lebih baik di ketinggian yang rendah.

Kemudian, dia berkata, “Ok, we're clear, you can start to descend now” dan saya mulai menurunkan pesawat.

Pada posisi sekarang, safety pilot saya mulai berkomunikasi dengan Mactan Approach untuk meminta Special VFR clearance, selagi kami dalam perjalanan kembali ke Mactan.

9 Menit … masih dengan kondisi di dalam awan
 
Tiba-tiba, saya melihat sedikit titik cerah di dalam awan 

Seperti baru menerima sebuah harapan besar. Saya mulai tersenyum dan safety pilot saya juga mulai tersenyum. Saya yakin bahwa kami sangat merasakan kelegaan yang luar biasa setelah bisa berhasil keluar dari awan.

Dan iya, tidak lama setelah itu, inilah pemandangan yang kami saksikan

Salah satu pemandangan terbaik yang pernah saya saksikan.

Saya bersalaman dengan safety pilot saya. Saya sangat bersyukur karena dia ada di sebelah saya, membantu saya untuk melihat posisi pesawat melalui GPSnya dia dan juga bantu melihat referensi visual, pada saat saya fokus mengendalikan pesawat dengan referensi flight instruments. Karena jika terbang tanpa melihat referensi visual, kita tidak dapat merasakan jika pesawat naik, turun atau berputar secara perlahan. Bisa juga badan kita merasakan sensasi yang tidak benar terhadap pergerakan pesawat.

Setelah memastikan semuanya baik (Mesin pesawat dan instrument lainnya), saya melihat ke belakang. Ingin melihat awan yang baru saja kami lalui.

Setelah itu kami mendapat Special VFR clearance untuk masuk ke Mactan aerodrome melalui VFR koridor bagian selatan dari airport. 

Saya melaporkan ke Mactan Approach kalau saya dapat melihat airport, yang kemudian Mactan Approach menyuruh kami untuk menghubungi Mactan Tower.

Pada saat mendekati right downwind runway 04, kami menyaksikan sebuah pelangi di sisi kiri pesawat. Seperti hadiah dari Tuhan untuk menenangkan kami.

Jadi itulah pengalaman pertama saya sebagai PIC terjebak di dalam awan hujan dengan pesawat Cessna 152.

Setelah mendarat, saya duduk di luar. Sejenak merenungkan apa yang telah saya lakukan. Saya menyadari bahwa saya telah mengambil keputusan yang dapat menuntun safety pilot saya dan saya sendiri ke dalam situasi yang berbahaya sejak saya memutuskan untuk melanjutkan penerbangan ke Dumaguete tanpa mengetahui dengan pasti cuaca di airport tujuan.

Tetapi saya bersyukur bahwa saya berhasil memutuskan rantai yang dapat menyebabkan kecelakaan.
 
Penyesalan terbesar saya adalah tidak membuat keputusan dengan benar, yang sudah menempatkan nyawa penumpang dan orang lain di sekitar pesawat dalam bahaya. Di lain sisi, saya merasa bangga karena saya dapat memperbaiki keputusan salah yang telah saya ambil, mendarat dengan selamat kembali di Mactan airport, dan saya dapat membagikan pengalaman ini.
 
Rasanya tidak pernah cukup untuk bisa berterima kasih kepada safety pilot saya, karena dia mempercayakan kendali 99.99% kepada saya, Flight Instructor saya pada saat itu yang memberikan saya hak untuk membuat keputusan saya sendiri dan pengajar saya yang lain yang sudah mengajarkan saya ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa mengenai langkah-langkah yang harus diambil pada saat terbang di cuaca buruk, keterbatasan pesawat, dan lainnya. 

Capt. E.P, we made it. We're living our second life now

 Bad weather is not something for us to play with, but we need to understand it and avoid it.. Unless it's part of the task you have to do. Safe flight people ...
 

The Approach to Mactan in video: