Walau udah sedikit basi untuk di bahas, tapi kejadian ini merupakan suatu sejarah yang selalu saya catat dalam hidup saya, di mana saya duduk di sebelah kiri di dalam kokpit pesawat, turut memegang kendali pesawat walau tidak sepenuhnya sampai pesawat itu mengudara! Suatu momen bersejarah loncatan jauh, baru beberapa bulan bisa nyetir mobil lancar dan sekarang udah mulai belajar terbangin pesawat.

Pagi itu memang bukan saya yang pertama kali terbang di antara teman-teman seangkatan saya, karena ada yang telah seminggu lebih dulu terbang karena instruktur saya masih harus mengajar senior saya. Pagi-pagi siap dengan overall orange yang selama ini hanya berada di lemari, sarapan dan menuju ke Letkol Wisnu Afis untuk membuat flightplan, saya yang memang sudah di slot untuk menjadi yang pertama dengan instruktur saya yang berkebangsaan Canada bernama Capt. John Mellor, gagah tinggi dan besar persis sama James Bond yang diperankan Pierce Brosnan. Sangat senang mendapatkan instruktur beliau ini, selain berbahasa inggris dengan logat yang jelas karena beraksen USA, beliau merupakan orang yang telaten mengajar siswanya walau tegas dan marah bila memang ada kesalahan. Sebelum terbang kami melakukan Preflight briefing yang diikuti semua murid dari capt. John yang berjumlah 5 orang tentang apa yang akan dilakukan dalam training kali ini, sekitar 15 menit kemudian kami memulai pre-flight di pesawat melihat dokumen-dokumen pesawat, semua badan pesawat, mengecek bahan bakar, oli dan memastikan pesawat ini layak terbang, Sempat melihat bbm dari mama yang berpesan untuk berdoa dan hati-hati.

Hari itu saya menggunakan Cessna 172P beregistrasi PK-ROF cessna yang berversi Long Range, hari itu saya hampir tidak merasakan kegugupan yang ada malah rasa senang, saya membaca pre-start checklist “park brake on, fuel selector both, trims take-off, alternate static of, mixture rich, throttle 1/8 bla bla bla” setelah itu dia bilang “ready?” saya pun menjawab “absolutely sir!” mulailah saya ke prosedur starting engine “area clear?” “clear!” sahut mekanik yang ada di luar, ” propeller bertenaga 160 bhp mulai berputar, setelah itu report ready taxi, dan berhenti di Hold Short untuk power check, tidak berapa lama saya backtrack Runway 32 dan bersiap, menggunakan prosedur short field take-off dengan flap 10′.

wind 320 degress 10 knot QNH 1013, runway is clear throttle saya dorong penuh pesawat mulai bergetar, rpm telah menunjukan maksimal di angka 2700 dan Bismillah break release! pesawat mulai meluncur “Air speed alive 40, 45, 50, 55 rotate!”. Roda-roda pesawat pun mulai meninggalkan bumi “Dreams comes true!”, melayang di udara, “200ft Flaps up, landing light off, t&p’s Green” melanjutkan climbing ke 1000ft dan berbelok ke heading 100′ mengarahkanya menuju ke Training Area Delta.

Training area yang berada di sebelah timur dari Letkol Wisnu tepatnya berada membentang dari Pemuteran, pelabuhan Celukan Bawang, kota Seririt sampai ke atas kota Singaraja, setelah berada di ketinggian 3000 kaki capt. John menyerahkan kendalinya ke saya, di situ saya merasakan Effect of Control sebuah pesawat, berbelok dengan aileron dan rudder, serta naik dan turun menggunakan elevator, menggunakan trim. Lumayan membuat perut mual karena manuver-manuvernya kerasa di perut, cuaca sangat bagus, langit sangat biru dan dihiasi awan-awan cirrus di ketinggian sana. Waktu 53 menit itupun tak terasa, tiba-tiba pesawat telah diarahkan keluar dari training area dan bersiap untuk mendarat. saya kemudian membacakan Pre-Landing checklist “BUMFISH” yang terkenal itu, lalu memasuki left downwind untuk mendarat di Runway 14, saya lapor “PK-ROF final runway 32″ lalu “Papa Kilo Romeo Oscar Poxtrot wind tri jiro jiro digris wan tu not QNH wan jiro wan tri, runway is clear!” sahut Pak Made dengan logat balinya. Tak lama roda-roda pesawat kembali menyentuh landasan, kembali memasuki apron dan mematikan mesin pesawat.

 

 

 

Setelah itu saya menuju briefing room untuk briefing, Capt. John puas dengan hasil terbang pertama saya hari ini, dia sangat senang dan dia bilang “mungkin memang bakat terbang kakek dan ayahmu turun juga ke kamu, walau mukamu seperti high school boys kamu hebat, tapi ingat ketika kamu di Airline nanti jalan di bandara dengan muka tertunduk ya, karena mungkin penumpangmu tidak percaya dengan muka bocahmu itu, hahaha” dalam bahasa inggris. Lalu saya mengucapkan terimakasih saya kepada beliau dan keluar dari ruangan dengan rasa gembira, dan disambut oleh beberapa teman saya. Alhamdulillah akhirnya mimpi saya mulai sedikit terwujud sedikit demi sedikit