Udara berputar penyebab turbulence di pegunungan

 

Takut terbang karena Turbulence?!

Sementara bagi sebagian orang dari desa saya memiliki konotasi terbang ya goyang-goyang dan diayun-ayun, kalau tidak goyang dan diayun-ayun namanya bukan terbang.

Bagi kebanyakan penumpang pesawat terbang termasuk frequent traveler (orang yang sering bepergian) sekalipun kurang memahami arti turbulence yang sebenarnya. Mereka tidak menyadari bahwa turbulence bisa terjadi kapan saja dan di mana saja tanpa memberikan peringatan sebelumnya. Pilot takut terhadap turbulence sebagaimana pelaut yang takut terhadap ombak yang besar, sebuah analogi yang terlalu ekstrim mungkin. Tapi itulah idenya meskipun kapal lebih sering menemui ombak yang bergoyang daripada pesawat di udara.

Turbulence adalah sebuah gerakan udara yang tidak bisa terlihat dengan kasat mata dan bisa terjadi kapan tanpa dapat diperkirakan sebelumnya, bahkan bisa terjadi pada clear sky (udara cerah) tanpa ada awan sedikitpun. Turbulence dapat terjadi karena beberapa phenomena alam seperti adanya jetstream, mountain waves, cold/warm front atau thunderstorm.

Di dalam dunia penerbangan intensitas atau kekuatan turbulence dibagi menjadi beberapa intensitas dimulai dengan istilah light turbulence, light chop, moderate turbulence, moderate chop, severe turbulence dan yang paling berbahaya adalah extreme turbulence. Inilah semua yang sering menyebabkan penumpang dan awak pesawat cedera karena dalam beberapa kasus turbulence saking kerasnya turbulence hingga mampu mengangkat penumpang ke langit-langit yang selanjutnya membanting ke lantai dengan lebih keras lagi. Itulah sebabnya mimpi airlines selalu mengingatkan penumpangnya untuk senantiasa memakai seatbelt ketika duduk sebagai salah satu upaya menghindari cedera yang tidak diharapkan ketika terjadi “goyang-goyang” tadi.

Istilah Clear Air Turbulence sangatlah popular di dunia penerbangan karena banyak sekali kasus-kasus penyebab inflight-injuries  (terluka dalam penerbangan) terjadi disebabkan CAT (Clear Air Turbulence). Clear Air Turbulence memiliki beberapa sifat seperti berikut : tidak bisa dilihat dan diperkirakan sebelumnya sehingga tidak ada alat di cockpit yang bisa memberi warning atau peringatan, seringkali tidak terlalu terasa “goyangannya” di cockpit tapi sangat terasa dibagian Aft section (belakang) dari kabin, bisa terjadi meskipun tidak ada awan satupun di langit alias clear sky, system radar di pesawat tidak bisa mendetect adanya CAT, clear air turbulence seringkali terjadi di ketinggian di mana pesawat sedang terbang cruising (menjelajah) dan tiba-tiba pesawat memasuki daerah turbulence tersebut.

Turbulence adalah penyebab nomer satu terjadinya inflight-injuries, banyak sekali laporan tentang cederanya penumpang dan awak pesawat yang dikarenakan oleh Turbulence. Serious injuries seringkali terjadi ketika pesawat sedang terbang cruise dan penumpang serta awak pesawat berjalan-jalan di kabin lalu secara tiba-tiba pesawat memasuki area Clear air Turbulence dengan tanpa disangka sebelumnya. Untuk menghindari Inflight-injuries kepada penumpang dan awak pesawat termasuk pilotnya diharuskan untuk selalu memakai seat belt ketika duduk, meskipun seatbelt sign (lampu tanda kenakan sabuk pengaman) tidak menyala pada saat itu.

Beberapa angka statistik yang bisa dengan mudah kita dapatkan dari web internet sejak tahun 1981 sampai dengan tahun 1997 dilaporkan terjadi 342 incident maupun accident yang berhubungan dengan Turbulence, 3 orang meninggal dimana 2 dari 3 orang yang meninggal tersebut tidak mengenakan seatbelt ketika terjadi turbulence dengan seat belt sign ON, 80 orang mengalami serious-injuries dimana 73 dari mereka juga tidak mengenakan seatbelt.

Apa yang bisa dilakukan pilot menghindari terjadinya inflight-injuries karena adanya turbulence ini? Tidak ada seorang pilotpun yang memiliki keinginan pesawatnya secara sengaja untuk memasuki daerah turbulence tentu saja. Pilot melakukan tindakan-tindakan preventifnya dimulai dengan membaca laporan cuaca, preflight weather report (sigmet) , selanjutnya memberikan informasi penting tersebut kepada seluruh awak pesawat ketika preflight briefing antara cockpit-cabin crew sehingga awak kabin juga akan waspada terhadap perkiraan kapan turbulence akan terjadi setelah pesawat terbang. Inflight Pilot menggunakan radar sebagai salah satu tool/ alat untuk menghindari daerah turbulence yang dapat di deteksi oleh sistem radar di cockpit, pilot juga memperhatikan visible atmosphere cues (tanda-tanda yang terlihat), memperhatikan laporan pilot pesawat lain kepada air traffic controller (ATC) dan berusaha mencari area untuk menghindari area turbulence tersebut meskipun CAT sangatlah sulit untuk dilihat dan diperkirakan.

Study kasus beberapa penerbangan negara tetangga yang mengalami inflight-injuries karena turbulence;

  1. Dalam sebuah penerbangan dari Singapore ke Australia dengan membawa 236 penumpang dan 16 awak pesawat pesawat memasuki daerah turbulence di Australia tengah. Pesawat menabrak sebuah “air pocket” dan menyebabkan pesawat “anjlog” (jatuh tiba-tiba) 300 feet. 9 orang penumpang termasuk seorang ibu hamil mengalami cedera berat seperti patah tulang belakang, patah tulang leher dan tulang belikat, satu orang harus menjalani operasi, dilaporkan ke sembilan penumpang tersebut tidak memakai seat belt.
  2. Sebuah penerbangan dari Jepang menuju Brisbane Australia sebanyak 16 penumpang terluka ketika sebuah pesawat heavy jet memasuki daerah turbulence. Para penumpang sudah diminta oleh awak pesawat untuk mengenakan sabuk pengaman dan duduk di seat masing-masing ketika pesawat memasuki daerah turbulence ini. Laporan dari Captain menyatakan cuaca pada saat itu sangat clear (cerah) dan smooth (halus) tanpa ada goncangan sedikitpun, radar tidak mendeteksi cuaca yang tidak baik sedikitpun sehingga Captain tidak menyalakan seatbelt belt sign. Beberapa orang yang terluka adalah mereka terlempar dari seatnya karena tidak mengenakan seatbelt.
  3. Sebuah heavy jet beberapa saat sebelum mendarat di Hongkong airport menabrak suatu turbulence dan mengakibatkan 47 penumpang terluka, 7 dari mereka luka sangat serius. Salah satu dari 160 penumpang yang berada di pesawat tersebut menyatakan kepada sebuah stasiun TV di Hongkong setelah mendarat ;” The plane just dropped and I saw things flying over “.........................

Hendriady ade/Blue sky fly safe

administrator www.mimpiairlines.com
 
Tips dari capt. Ario Wibisono bagi penerbang:
       How to detect a CAT in the cockpit:
  • Wind velocity increases rapidly
  • Temp changes 1 degrees or more in a minute
  • an indication 0.1 *C digit fluctuates on digital SAT indicator
  • Mach Number fluctuates when cruising at a constant power setting
  • Have an oscillation on the control wheel