Transponder di pesawat Cessna, biasanya kode 1200 atau 2000 digunakan untuk terbang VFR, sehingga biarpun ATC tidak mengatur pesawat VFR tapi dapat memberi informasi traffic yang ada di sekitar pesawat yang terbang dengan aturan IFRSejak ditemukannya teknologi RADAR, penggunaannya dalam penerbangan baik militer maupun sipil telah berkembang dengan cukup canggih. Meskipun penggunaan radar konvensional mungkin sebentar lagi akan digantikan dengan bentuk lain seperti ADS, tapi teknologi lawas yang berbasis Secondary Surveillance Radar sampai saat ini masih digunakan secara luas di dunia. 

Primary Surveillance Radar

Primary Surveillance Radar (PSR), atau yang biasa kita kenal dengan kata radar saja, adalah alat yang memancarkan sinyal pulsa-pulsa radio dan jika pulsa tersebut mengenai sebuah permukaan logam (badan pesawat) maka pulsa radio tersebut akan dipantulkan balik kembali ke radar.
 
Radar ini kemudian menghitung waktu pantulan untuk menghitung jarak benda tersebut. PSR ini tidak efektif untuk mendeteksi objek yang ukurannya kecil seperti pesawat ringan. Bahkan pesawat yag besar pun, hanya dapat diketahui keberadaannya tapi tidak dapat ditampilkan identitasnya di layar radar.
 

Secondary Surveillance Radar

Secondary Surveillance Radar (SSR) adalah radar yang bekerja dengan bantuan alat yang bernama transponder di pesawat udara. Secara sederhana cara kerjanya adalah sebagai berikut:
  1. SSR di darat memancarkan sinyal yang disebut dengan interrogation pada frekuensi 1030 Mhz

  2. Jika mendapatkan sinyal interogasi, maka transponder akan menjawab/ memberikan sinyal balasan pada frekuensi 1090 Mhz

  3. Dekoder yang ada di SSR akan menghitung jarak pesawat tersebut dari lamanya sinyal sampai kembali ke SSR

  4. Arah pesawat tersebut akan ditentukan oleh arah antena radar SSR yang berputar 360 derajat.

Jadi misalnya antena SSR sedang mengarah ke timur pada arah 090° dan mendapatkan jawaban (reply) dari sebuah transponder, maka jarak dan posisi pesawat akan diketahui oleh SSR.

 

Bagaimana cara membedakan satu pesawat dengan yang lainnya? Setiap transponder di pesawat dapat disetel untuk mengirimkan identifikasi berupa 4 angka yang ditentukan oleh ATC.

 
Misalnya sebuah pesawat ilmuterbang airline akan terbang dari Jakarta ke Surabaya, maka kode transponder akan diberikan pada waktu mendapatkan clearance (ijin terbang) di Jakarta. Perhatikan bahwa kode transponder juga disebut Squawk:
 
 

Ilmuterbang 001

: Selamat siang Sukarno Hatta clearance delivery, ilmuterbang 001, ready to copy clearance

Sukarno Hatta Clearance Delivery

: ilmuterbang 001, clear to Juanda Surabaya, initially Flight Level 200, Halim 1 Juliet Departure, Squawk 0612

Ilmuterbang 001

:Clear to Juanda Surabaya, initially Flight Level 200, Halim 1 Juliet Departure, Squawk 0612, ilmuterbang 001

Sukarno Hatta Clearance Delivery

: readback correct, when ready to push and start contact ground control at 121.6

Ilmuterbang 001

when ready to push and start contact ground control at 121.6, ilmuterbang 001, selamat siang

 

Dalam contoh di atas, pesawat dengan call sign ilmuterbang 001, akan terbang ke Surabaya dan mendapat ijin untuk terbang ke 20 ribu kaki dan harus menyetel transpondernya ke kode 0612. Setelah pesawat ilmuterbang 001 lepas landas dengan transponder yang menyala dan di set pada kode 0612, maka di layar radar ATC, akan ditampilkan nama ilmuterbang 001 berikut tujuannya dan ketinggiannya. Dengan cara ini ATC akan mudah membedakan setiap pesawat yang tampil pada layar radarnya.

 

Mode transponder

Pada penjelasan di atas, transponder bekerja pada mode A, di mana transponder hanya mengirimkan jawaban/reply sehingga SSR dapat menentukan jarak pesawat dengan radar.
 
Pesawat modern biasanya dilengkapi dengan transponder mode C yang juga dapat memberikan ketinggian/ altitude pesawat. Dengan mode C ini, di layar radar ATC, akan tertulis nama pesawat/penerbangan, posisi, dan ketinggian pesawat.
 
Pada gambar contoh transponder ada switch yang bernama ALT RPTG. Jika switch ini dipindahkan ke posisi ON, maka transponder akan bekerja pada mode C.
 

ATC Transponder yang ada di pesawat

Mode S transponder

Mode S adalah mode yang lebih canggih lagi dari sebuah transponder. Sebuah transponder dengan mode S tidak hanya dapat menjawab interrogasi SSR dan memberikan posisi dan jarak dari SSR tapi juga dapat “mengobrol” dengan transponder mode S yang lainnya. Kemampuan ini digunakan oleh alat di pesawat yang bernama TCAS (Traffic Collission and Avoidance System) yang dapat mencegah tabrakan pesawat udara.
 
Jika 2 buah pesawat udara mendekat dengan sangat cepat maka transponder mode S akan menghitung rasio mendekatnya kedua pesawat tersebut dan jika membahayakan maka alat TCAS akan berbunyi, "traffic, traffic!" sehingga penerbang akan menghindari tabrakan.

Contoh kejadian TCAS dapat di baca di:

 

http://www.ilmuterbang.com/blog-mainmenu-9/blogberita-pilot/216-keliling-dunia-johannesburg-dan-cape-town-di-afsel-bagian-2

 

Kegunaan lain dari Transponder

Selain memancarkan ketinggian dan data-data lain, transponder juga sangat membantu untuk mengatur pergerakan pesawat di darat. Di bandar udara yang memiliki ground surveillance radar dapat memantau pergerakan pesawat di darat sebelum terbang atau sesudah mendarat. Banyak bandar udara super sibuk dan juga berjarak pandang jelek, yang menggunakan ground surveillance radar ini untuk mengatur pesawat yang datang dan pergi. Ground controller (pengatur darat) dapat melihat posisi pesawat di radar jika dia tidak dapat melihat pesawat karena jarak pandang yang kurang baik karena kabut misalnya. 

Dalam keadaan darurat atau emergency, transponder ini berguna untuk memberi tahu ATC. Contohnya adalah kode 7600. Jika penerbang memasukkan kode 7600 di transponder maka ATC akan tahu bahwa pesawat yang bersangkutan mengalami kerusakan radio komunikasi, baik tidak bisa mengirim atau tidak bisa mendengar komunikasi radio. Kode lainnya adalah 7700, artinya pesawat tersebut mengalami keadaan darurat dan butuh bantuan segera. Biasanya alarm akan berbunyi di radar ATC.