Bagian 4 Kondisi perusahaan dalam kaitannya dengan pelatihan penerbang

Dalam setiap pesawat harus ada buku-buku panduan (manual book) dan juga buku referensi. Setiap pesawat berbeda, bahkan untuk tipe pesawat yang sama bisa ada perbedaan isi buku karena perbedaan spesifikasi. Dalam hal ini isi buku manual pesawat B737 PK-KKW mungkin berbeda dengan B737 PK-KKM, biarpun secara umum, isinya hampir sama.

Karena perbedaan inilah, dan tertib administrasi yang harus dilakukan oleh maskapai penerbangan, Adam Air harus memiliki salinan asli dari masing-masing buku yang ada di pesawat. Buku-buku ini biasanya paling tidak terdiri dari FCOM (Flight Crew Operational Manual) dan QRH (Quick Reference Handbook). QRH adalah buku yang harus dapat diambil dengan cepat oleh penerbang pada waktu kejadian darurat dan hanya berisi prosedur-prosedur penting penanggulangan masalah (emergency).

Laporan KNKT menjelaskan bahwa Adam Air tidak mempunyai salinan QRH dari PK-KKW, jadi satu-satunya salinan QRH ada di pesawat pada waktu terjadi kecelakaan. Dari catatan yang ada, buku-buku FCOM dan QRH bertanggal 3 Desember 2004.

Bagaimana dengan buku-buku yang dipakai untuk pelatihan penerbang di Adam Air? Setiap penerbang Adam Air diberikan satu buah salinan yang di download (diambil dari Internet) dari website www.myboeingfleet.com. Buku salinan ini dimaksudkan untuk rujukan pribadi penerbang. Padahal website tersebut jelas-jelas menyatakan bahwa semua publikasi yang diterbitkan oleh website tersebut hanyalah sebagai informasi. Bukan sebagai rujukan resmi, bahkan dipakai dalam pengoperasian pesawat. Bahkan juga ada pernyataan yang kurang lebih isinya sebagai berikut: perangkat yang terpasang di pesawat dan dicakup oleh buku manual dari website ini mungkin tidak sesuai dengan konfigurasi pesawat anda. Jangan gunakan buku manual ini dalam pengoperasian, penggunaan atau pemeliharaan pesawat.

Lebih dari pada itu, penerbang-penerbang yang duduk sebagai jajaran pejabat perusahaan Adam Air, tidak dapat menerangkan cara kerja IRS, pada waktu diwawancara pertama kali oleh pihak KNKT. Hal ini secara serius membuktikan kurangnya pengetahuan para penerbang dalam perusahaan tersebut. Padahal tanpa ada kecelakaan fatal inipun, sudah terjadi beberapa laporan kerusakan IRS, bahkan telah terjadi insiden serius pesawat mendarat di bandara Tambulaka yang tujuan seharusnya adalah Makassar, yang mungkin juga karena kesalahan IRS ini. Tapi dalam wawancara selanjutnya, penerbang-penerbang tersebut dapat menjawab pertanyaan yang sama dengan lebih baik.

Berdasarkan peraturan, setiap airline harus melatih dan menguji penerbangnya secara berkala. Biasanya setiap 6 bulan, untuk berlatih menanggulangi keadaan darurat. Jika ada insiden atau kecelakaan biarpun bukan dari airline yang bersangkutan, sudah menjadi kebiasaan untuk mensimulasi insiden dan kecelakaan tersebut untuk mencegah hal yang sama terulang kembali. Dalam rangkaian pelatihan dan pengujian penerbang di Adam Air, sesudah kejadian insiden mengenai IRS yang disebutkan di atas, ternyata perusahaan tidak membuat materi pelatihan untuk menanggulangi kerusakan IRS.

Crew Resource Management


Pelatihan ini adalah wajib bagi perusahaan penerbangan. Dalam laporan KNKT disebutkan beberapa kata CRM yang berarti pelatihan ini. Isi dari pelatihan pada dasarnya adalah pengembangan diri melalui sikap, perilaku, kemampuan berkomunikasi, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik, kerja sama dan pengaturan beban kerja. Dalam pelatihan ini juga diberikan faktor keterbatasan manusia terutama dalam penerbangan.

CRM sendiri didefinisikan sebagai pelajaran untuk “menggunakan secara efektif semua sumber daya yang ada, seperti perangkat yang ada, prosedur dan manusia, untuk mencapai pengoperasian pesawat dengan efisien dan aman.”

Jika penerbang belum mendapatkan pelatihan ini, maka yang bersangkutan harus mengambil initial training, dan kemudian setiap 12 bulan harus mendapatkan pelatihan penyegaran.

Pelatihan CRM ini selama bertahun-tahun dikenal sebagai upaya mengurangi kecelakaan udara, karena sebagian besar kecelakaan berhubungan dengan faktor kesalahan manusia dalam penerbangan tersebut. Biarpun banyak manusia yang terlibat dalam sebuah penerbangan, tapi CRM ini menonjolkan hubungan antara awak kokpit, yaitu antar penerbang dan awak yang lain (awak kabin dan engineer).

Dalam laporannya KNKT menyebutkan bahwa kedua penerbang sudah mendapat pelatihan CRM sesuai dengan peraturan yang ada. Tapi dalam hubungannya dengan pelaksanaan CRM, rekaman di kokpit menunjukkan bahwa kedua pilot tidak terlalu “serius” dalam berkomunikasi menyelesaikan masalah teknis pesawat. Bisa jadi ini adalah “cara” untuk membuat komunikasi yang tanpa konflik, juga merupakan “pengingkaran” terhadap stress yang mereka hadapi. Kedua pilot mencoba untuk menghadapi masalah tanpa stress. Hal ini mengakibatkan komunikasi yang tidak efektif dari kedua penerbang, dalam konteks teknis.

Serius yang dimaksud dalam paragraf di atas adalah kepatuhan pada pembagian tugas dan koordinasi pekerjaan pada kedua penerbang tersebut yang disebut dengan Task Sharing (pembagian tugas) seperti dijelaskan sebelumnya. Karena dalam penerbangan dikenal SOP, Standard Operating Procedure, yang membantu penerbang untuk bekerja sama dengan ritme yang sama. Bahkan Emergency Procedure pun sudah lengkap dan harus diikuti dengan langkah-langkah yang jelas untuk mencegah kebingungan karena masalah komunikasi.