Sudah banyak tulisan yang membahas tentang bagaimana menjadi seorang pilot, bahkan di website www.ilmuterbang.com ini juga sudah ada tulisan yang membahas hal ini dan ditulis cukup apik oleh rekan dan para senior saya.

Tapi ijinkan saya untuk menyampaikannya dari sudut pandang yang sedikit berbeda.

Menjadi penerbang atau pilot bagi sebagian orang merupakan profesi yang dimimpikan, dengan masa pendidikan yang relatif lebih singkat, pendapatan yang di atas rata-rata profesi lain, fasilitas yang cukup wah, kesempatan jalan-jalan gratis ke berbagai kota di seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia mungkin bisa menjadi alasannya.

Di zaman teknologi informasi yang sangat maju ini membuat informasi begitu mudah di peroleh oleh berbagai elemen masyarakat. Sehingga membuat industri yang dulu terkesan tertutup ini menjadi terbuka dan bebas diakses oleh siapapun. Masih ingat di benak penulis beberapa belas tahun yang lalu ketika penulis bermimpi untuk menjadi seorang pilot, tidak ada sumber yang bisa diperoleh penulis, yang diketahui cuma sekolah penerbang di Curug. Suatu keadaan yang sangat bertolak belakang dengan sekarang.

Pada saat ini, setidaknya ketika tulisan ini saya tulis, kebutuhan pilot di Indonesia sedang tinggi-tingginya, di mana hampir semua airline berlomba-lomba menambah jumlah armadanya karena pertumbuhan pasar yang tumbuh begitu pesat sehingga membuat industri penerbangan kita menjadi booming, sehingga banyak orang yang banting stir dan mencoba peruntungan di bidang profesi ini.

Ketika penulis kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studi pendidikan penerbang di salah satu negara Asean, penulis sempat kaget mendengar cibiran seorang teman yang mengatakan bahwa dia tidak percaya dengan industri penerbangan di Indonesia dan lebih memilih menggunakan jasa kereta api, alasannya cukup sederhana, karena sekolah pilot tidak mengenal kata tidak lulus, alias gampang lulusnya atau mungkin bisa di bilang pasti lulus.

Ketika itu penulis cuma bisa terdiam karena belum begitu jauh begitu mengenal liku-liku dunia ini, mungkin baru mengenal dari kulit luarnya saja. Tapi apakah benar seperti itu? Siapapun yang berminat menjadi pilot asal memiliki biaya atau sponsor maka akan dengan mudah bisa menjadi seorang pilot commercial?

Apakah benar sesederhana itu?
 
Coba kita kupas, untuk menjadi pilot, seorang calon pilot harus menyelesaikan pendidikannya di flying school, dimulai dari first flight, first solo, first cross country, PPL, CPL, hingga Multi Engine dan instrument rating yang biasanya menghabiskan jam terbang sebanyak 150 hingga 225 jam terbang.

Pengalaman penulis menunjukkan untuk menyelesaikan pendidikan dasar ini penulis membutuhkan waktu selama 9 bulan 12 hari, dan memang benar pernyataan teman tadi, tak seorangpun siswa yang tidak lulus, baik itu senior maupun para junior, semua lulus.

Tetapi perjuangan ternyata belum dimulai, dengan status pemegang CPL IR dan mengingat hampir semua airline lagi membutuhkan penerbang, membuat penulis menjadi terlena sehingga menjadi malas untuk terus belajar dan mereview kembali pelajaran-pelajaran yang telah diterima ketika sekolah, karena penulis beranggapan buat apa belajar lagi, karena mencari kerja pasti mudah karena pilot itu barang langka, dan maskapai sedang berlomba-lomba merekrut pilot baru untuk dicetak menjadi pilot profesional, tapi ternyata anggapan ini salah.

Penulis mencoba melamar di berbagai maskapai, tapi tidak satupun yang langsung merespon, akhirnya setelah sekian bulan penulis mendapatkan kesempatan mengikuti test di salah satu meskapai swasta, masih dengan anggapan bahwa airline yang butuh pilot, maka persiapan menjadi tidak maksimal. Alhasil penulis menerima kenyataan cukup pahit, yaitu dinyatakan tidak diterima.

Alhasil penulis sadar, bahwa harus segera berubah, harus mereview kembali semua pelajaran saat di sekolah dulu, tidak menganggap enteng proses seleksi, dan benar-benar berjuang dan berdoa agar mendapatkan pekerjaan yang dimimpikan.

5 bulan setelah kelulusan, maka penulis dinyatakan di terima di salah satu maskapai terbesar di Indonesia, kesempatan ini benar-benar penulis manfaatkan untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Mengikuti segala proses training yang dijalankan perusahaan dengan serius.

Selama proses training, pernyataan temen yang menyatakan bahwa semua pilot pasti lulus mulai terbantahkan, banyak temen-temen yang setelah lulus dari flying school belum mendapatkan kerja, banyak teman-teman yang fail di fase simulator training, dan bahkan penulis juga mendengar ada rekan-rekan qualified FO yang di pecat karena tidak lulus pada saat melakukan proficiency check yang rutin.

Dengan segala upaya, kesabaran, dan tentu dengan doa yang tidak pernah putus, kini penulis telah menyelesaikan fase simulator dan dinyatakan lulus oleh DGCA dengan hasil satisfactory pada saat check. Ke depannya penulis masih harus menyelesaikan base check dan line training sebelum dinyatakan layak sebagai qualified First Officer. Masih banyak pelajaran yang harus dipelajari, dihapal, dan dipahami.

Menjadi seorang penerbang adalah profesi terhormat, dan untuk tetap menjaga kehormatan itu, seorang penerbang harus terus membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan wawasan di bidangnya. Apabila penerbang tersebut meninggalkan ilmu pengetahuannya, maka akan hilang pula kehormatannya.

Tulisan saya ini merupakan motivasi dan warning bagi teman-teman, adik-adik, dan rekan-rekan semua yang berminat ingin menjadi pilot profesional, bahwa untuk mencapainya tidak ada usaha yang instan dan mudah, semuanya ada proses yang harus di lewati dengan kesabaran, kesungguhan, dan tentunya dengan doa. Jangan mudah berpuas diri, selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.

Sekian dari saya
Semoga sukses.