Piper Tomahawk, photo courtesy of Edi NurprasetyaSaya tidak ingat tanggalnya, tapi kejadian ini terjadi pada tahun 1995 pada waktu saya masih belajar di salah satu sekolah penerbang di Texas. Saya baru saja mulai untuk terbang solo (terbang tanpa instruktur) 2-3 hari sebelumnya. Pagi itu saya mempersiapkan pesawat latih yang akan saya gunakan yaitu Piper Tomahawk PA-38-112 yang mempunyai kapasitas 2 kursi saja. Pesawat ini sangat populer di antara sekolah penerbang karena kesederhanaan pengoperasiannya. Sayangnya pesawat ini sudah tidak diproduksi lagi. Pesawat ini mempunyai sayap di bawah (low wing). Untuk naik ke pesawat, penerbang dan penumpangnya harus naik ke sayap dahulu.

Kembali ke cerita kita, saya baru saja selesai melakukan exterior walk around, memeriksa bagian luar pesawat pada waktu Jane, seorang instruktur datang dengan sekitar 5 orang siswa baru dari Indonesia. Mereka datang ke pesawat saya dan Jane berkata: "Could you please show them the airplane? they're suppose to have aircraft familiarization today". Saya jawab " No problem", dan Jane kembali berkata " Thanks, send them back to my class when you finish..."

Setelah memperlihatkan komponen pesawat udara dan pemeriksaan yang harus dilakukan di luar pesawat, saya membuka pintu kiri pesawat dan masuk untuk menjelaskan apa yang ada di dalam kokpit sementara mereka memperhatikan dari luar. Karena 5 orang tidak cukup dari satu sisi maka saya mempersilahkan sebagian dari mereka untuk membuka pintu kanan agar bisa memperhatikan apa yang saya uraikan.

Setelah selesai, mereka kembali masuk ke kelas, dan saya lihat pintu kanan sudah tertutup. Tertutup? ya, tapi saat itu saya tidak sadar bahwa pintu tersebut tidak terkunci.

Saya meneruskan kegiatan saya yang terputus, dan kembali saya lupa bahwa door check sudah saya lakukan sebelumnya, pada waktu itu pintu sudah terkunci dan saya lupa bahwa pintu tersebut sudah terbuka kembali! Before starting engine checklist juga saya baca tanpa memeriksa ulang cabin doors dan overhead latch, kunci-kunci pintu. Akhirnya saya menyalakan mesin dan taxi out ke landasan setelah mendapat ijin dari ATC.  Semuanya lancar sampai pesawat lepas landas.. tiba-tiba ... angin terasa bertiup dari sebelah kanan saya dan pintu kanan melambai-lambai terbuka!

Kunci pintu dan jendela sebelum take off

Saya langsung panik, dan mencoba meraih pintu tersebut. Untungnya pesawat ini cukup kecil sehingga saya tidak kesulitan memegang pintu kanan di bagian kacanya. Saya climb ke 1000 kaki dan meminta ATC untuk kembali ke landasan dan melakukan visual landing. ATC memberi instruksi join downwind. Rasanya lama sekali pesawat mencapai 1000 kaki dan sampai di downwind. Tangan kanan saya tetap memegangi pintu, tangan kiri memegang yoke. Setelah mencapai 1000 kaki di downwind, saya harus melepas tangan kanan untuk mengatur tenaga mesin dengan tuas throttle dari climb power ke cruise power.

Saat itu saya sadar bahwa pintu ini ternyata tidak harus dipegangi. Pintu tersebut memang bergerak dengan liar tapi tidak terbuka dengan lebar. Saya biarkan pintu tanpa saya pegangi dan meneruskan visual approach dan minta full stop landing. Ternyata jari -jari tangan kanan saya berdarah karena terlalu kuat memegangi bagian pintu yang agak tajam. Setelah mendarat, saya parkir pesawat dan pulang ke akomodasi. Tidak ada yang tahu tentang insiden ini sampai tulisan ini ditulis dan saya baru ingat ada kejadian ini setelah membaca buku Airplane Flying Handbook dan menemukan tentang Door Opening di bagian emergency.

Seharusnya saat itu saya membuat laporan tentang insiden ini ke sekolah agar menjadi pelajaran bagi yang lain dan sehingga tidak terulang atau kalaupun terjadi juga, semua siswa dan penerbang yang sudah lulus pun tahu cara mengatasinya.

Door opening in flight

Pembahasan pintu terbuka di tulisan ini terbatas pada pesawat kecil, tanpa pengaturan tekanan udara (pressurization system), baik single ataupun multi engine. Untuk pesawat yang lebih besar silahkan merujuk pada buku manual masing-masing pesawat.

Yang berbahaya pada saat pintu terbuka adalah reaksi penerbangnya bukan pada pintunya sendiri. Kejadian yang saya alami menunjukkan bahwa saya terluka karena melakukan hal yang tidak perlu saya lakukan. Yang lebih penting lagi kadang penerbang terlalu berkonsentrasi pada pintu yang terbuka dibandingkan berkonsentrasi pada menerbangkan pesawatnya.

Pada waktu sebuah pintu terbuka pada saat terbang, kemungkinan diikuti oleh suara yang keras secara tiba-tiba, suara yang berisik dan kemungkinan getaran yang tidak normal (vibration/buffeting). Penerbang tidak boleh terganggu dengan suara dan getaran yang terjadi. Menerbangkan pesawat adalah prioritas utama.

Langkah yang harus dilakukan:

  1. Tetap konsentrasi dalam menerbangkan pesawat. Pada pesawat ringan single atau multi engine, pintu yang terbuka jarang memberi efek kuat pada kemampuan pesawat untuk terbang. Mungkin akan terasa efek seperti roll dan/atau yaw tapi biasanya dapat dengan mudah diatasi.
  2. Jika pintu terbuka pada saat lift off, baru saja lepas landas, jangan terburu-buru untuk kembali mendarat. Climb ke ketinggian pattern normal, terbangkan pattern yang normal dan mendarat normal.
  3. Jangan buka sabuk pengaman, seat belt atau shoulder harness untuk berusaha menutup pintu. Biarkan saja pintu terbuka dan mendarat di tempat yang aman, baru kemudian tutup pintu pada saat sudah mendarat.
  4. Ingat bahwa biasanya pintu tidak akan terbuka lebar. Biasanya akan terbuka tiba-tiba dan kemudian menutup sebagian. Jika terbang side slip kemungkinan pintu akan terbuka (slip toward) atau tertutup (slip away).
  5. Jangan panik. Abaikan suara dan getaran yang terjadi. Jangan terburu-buru untuk mendarat, karena bisa tanpa sadar melakukan steep turn di low altitude pada waktu turn base atau turn final.
  6. Kerjakan approach dan landing checklist dengan normal dan lengkap.
  7. Ingat bahwa kecelakaan karena pintu terbuka biasanya bukan karena pintunya sendiri melainkan karena penerbang yang panik dan lupa mempertahankan kendali pesawat.

Sumber:
Bab 16, Airplane Flying Handbook