101124.itcz.jpg courtessy of NASA
Ada sebuah fenomena alam yang oleh pelaut jaman dulu disebut doldrum, yaitu daerah berangin tenang (calm wind) dan pita awan yang melingkari bumi di sekitar garis katulistiwa dan kadang kumpulan awan ini menjadi faktor dari badai tropis yang perlu diketahui baik oleh pelaut ataupun penerbang. Fenomena ini sekarang lebih dikenal dengan nama Inter-Tropical Convergence Zone (ITCZ) atau DKAT (Daerah Konvergensi Antar-Tropis). Pita awan di daerah ITCZ bisa terbentang ratusan kilometer dan kadang-kadang terbentuk dari beberapa jalur yang terputus-putus. ITCZ ini "bertanggung jawab" pada terbentuknya musim kering dan musim basah (hujan) di daerah tropis.

Sebelumnya perlu diketahui bahwa udara di permukaan bumi di sekitar katulistiwa yang dipanaskan oleh pancaran sinar matahari membuat udara di daerah tersebut naik sehingga tekanannya turun dan bergerak ke arah daerah subtropis yang lebih dingin. Konsekwensinya udara yang bertekanan tinggi di daerah subtropis di ketinggian yang lebih rendah, akan berhembus ke arah garis katulistiwa. Artinya angin dari daerah subtropis di utara katulistiwa akan bertiup ke selatan. Sebaliknya angin dari daerah subtropis di selatan katulistiwa akan bertiup ke utara. Hasilnya kedua angin tersebut akan “bertemu” di garis katulistiwa. Angin ini berhembus sepanjang tahun dan dikenal dengan nama angin pasat (trade wind). Di gambar di bawah ini diperlihatkan angin pasat yang tergambar dengan warna merah.

 

Pilot Handbook of Aeronautical Knowledge chapter 11 

Kedua angin pasat yang bertemu di daerah katulistiwa akan dibelokkan ke arah barat oleh efek koreolis (Coreolis effect) dari perputaran bumi.



Arus konveksi dari gerakan-gerakan udara ini membawa uap air (moisture) ke atas dan membentuk awan yang menyebabkan hujan serta thunderstorm sampai ketinggian lebih dari 40 ribu kaki di atas permukaan laut. 

Dari uraian di atas kita bisa mengambil kesimpulan kenapa secara umum cuaca di daerah katulistiwa selalu basah dan banyak hujan. Gerakan horisontal yang menjadi vertikal dari angin pasat ini juga menjelaskan kenapa angin di katulistiwa cenderung menjadi tenang, tidak sekuat di daerah subtropis.

Dalam sebuah penerbangan, selama aturan menghindari thunderstorm dipatuhi oleh penerbang, maka terbang di Inter-Tropical Convergence Zone tidak terlalu menjadi masalah besar.  Kiat menghindari thunderstorm bisa dibaca di artikel berjudul Thunderstorm si cuaca buruk.

 

Pergeseran Inter-Tropical Convergence Zone.

Secara teknis daerah tropis adalah daerah antara 23,5° Lintang Utara dan 23,5° Lintang Selatan. Pada kenyataannya cuaca tropis juga terjadi sampai 45° dari garis katulistiwa. Inter-Tropical Convergence Zone juga tidak selalu tepat berada di katulistiwa karena posisi bumi yang tidak tegak lurus terhadap matahari. Posisi utara-selatan planet bumi yang mempunyai kemiringan sebesar 23,5° terhadap arah ke matahari sangat mempengaruhi cuaca tropis yang terjadi di permukaan bumi.

gambar: NASA
Pada saat bagian utara bumi (northern hemisphere) menghadap ke matahari (posisi no 3), maka terjadi musim panas di bagian utara. Pancaran langsung sinar matahari berada di sebelah utara katulistiwa dan menyebabkan ITCZ bergeser ke arah utara dari katulistiwa. Coba perhatikan bahwa ITCZ berada di atas kepulauan Indonesia pada gambar di bawah yang diambil pada bulan Juli.

Pada saat musim dingin di northern hemisphere, terjadi musim panas di sebelah selatan katulistiwa (southern hemisphere) yang dapat anda lihat pada posisi no 1. Pada saat ini udara yang lebih panas berada di selatan katulistiwa. Akibatnya ITCZ bergerak ke arah selatan katulistiwa. Perhatikan gambar di bawah yang diambil pada bulan Januari.

Sebagai penutup, perlu diingat meskipun ITCZ mempengaruhi pembentukan musim di negara tropis, tapi ada juga faktor lain yang cukup berpengaruh seperti angin monsoon.

Sumber: FAA Aviation Weather, 1975.