ATC: Emprit 001, descent to altitude 5000' QNH 1012.
Emprit 001: descent 5000', QNH 1012, request high speed below ten thousand feet.

Apa maksud penerbang Emprit 001 meminta high speed descent? Apakah kecepatannya yang ingin ditambah atau rate of descentnya yang ingin ditambah?

Dalam CASR, kecepatan pesawat maksimum di bawah 10 ribu kaki adalah 250 knots. Sedangkan kecepatan maksimum pesawat di terminal area adalah 200 knots. Mari kita lihat CASR part 91.117:
--------------------------------------------------------------------------
91.117 Aircraft Speed
(a) Unless otherwise authorized by the Director (or by ATC in the case of operations in Class A or Class B airspace), no person may operate an aircraft below 10,000 feet MSL at an indicated airspeed of more than 250 knots (288 m.p.h/460 k.p.h).
(b) Unless otherwise authorized or required by ATC, no person may operate an aircraft at or below 2,500 feet above the surface within 4 nautical miles of the primary airport of a Class C or Class D airport at an indicated airspeed of more than 200 knots (230 mph/460 kph).
(c) No person may operate an aircraft in the airspace underlying a Class B airspace area designated for an airport or in a VFR corridor designated through such a Class B airspace area, at an indicated airspeed of more than 200 knots (230 mph).
(d) If the minimum safe airspeed for any particular operation is greater than the maximum speed prescribed in this section, the aircraft may be operated at that minimum speed.

--------------------------------------------------------------------------

Jadi kecepatan pesawat maksimum pada waktu berada dalam radius 4 nm dari bandar udara kelas C dan kelas D dan pesawat berada pada ketinggian 2500 kaki dan di bawahnya adalah 200 knots. Kecepatan maksimum pesawat pada waktu berada di daerah bandar udara kelas B atau koridor VFR yang ada di dalam ruang udara kelas B adalah 200 knots.

Batasan kecepatan ini dibuat untuk memudahkan ATC mengatur lalu lintas udara di bawah ketinggian 10 ribu kaki. Sebagian besar pesawat yang terbang di atas 10 ribu kaki, kecepatannya rata-ratanya biasanya cukup tinggi. Sedangkan di bawah 10 ribu kaki banyak pesawat-pesawat kecil yang kecepatannya di antara 100-200 knots saja, sehingga akan membuat lebih sulit untuk ATC jika berbagai macam pesawat terbang dengan berbagai kecepatan. Dengan membatasi kecepatan ini menjadi 250 knots dan 200 knots akan membuat jangkauan kecepatan yang lebih seragam.  Bayangkan kalau di sekitar area terminal ada yang terbang 300 knots, dan yang terbang 140 knots, tentu akan lebih rumit bagi ATC untuk mengaturnya dibandingkan dengan jika diberi kecepatan maksimum 200 knots.

Bisakah kecepatan ini dilampaui? Bisa saja asal disetujui oleh ATC jika beroperasi di ruang udara kelas A dan kelas B. Begitu pula jika kecepatan minimum sebuah pesawat lebih besar dari kecepatan yang tertulis di CASR, maka pesawat tersebut boleh beroperasi dengan kecepatan minimumnya tersebut. Misalnya pada waktu take off dengan berat maksimum, kecepatan minimum sebuah pesawat A340 berada sedikit di atas 200 knots, maka pesawat ini diijinkan untuk beroperasi di atas 200 knots di dalam radius 4 nm dari sebuah bandar udara kelas C atau kelas D.

Beberapa jenis pesawat turbofan/jet yang pernah penulis terbangkan, kecepatan yang ideal untuk climb dan descent adalah antara 270 knots sampai dengan 310 knots. Kecepatan ini bergantung pada parameter-parameter pesawat dan udara sekitar termasuk cost index yang diinginkan oleh operator pesawat tersebut. Karena alasan inilah banyak penerbang yang minta pada ATC agar batasan kecepatan 250 knots yang ada dibatalkan untuk mencapai kecepatan yang ideal tersebut. Kecepatan yang lebih tinggi juga kadang diperlukan oleh penerbang jika pesawat terlalu tinggi untuk memulai proses approach dan mendarat, sehingga penerbang perlu menukikkan pesawat yang berakibat kecepatannya akan menjadi bertambah.



Ilustrasi di atas menunjukkan sebuah contoh pesawat yang optimum descentnya adalah pada kecepatan 280 knots. Angka 280 knots hanyalah sebuah perumpamaan.
A : Normal Top of Descend, titik mulai descend secara normal, 280 knots dan 250 knots di bawah 10 ribu kaki.
B : Optimum Top of Descend, titik mulai descend secara optimum, 280 knots sampai sebelum mendarat.

Dengan profil ini maka penerbang biasanya akan minta kepada ATC untuk diijinkan melakukan high speed descend di atas 250 knots, di bawah 10 ribu kaki dan ATC akan memberi ijin jika tidak ada konflik dengan arah pesawat yang lain baik secara lateral maupun vertikal.

Kondisi lain adalah jika karena satu dan lain hal, ATC meminta penerbang untuk menunda descend dari titik A ke titik B, misalnya karena ada pesawat di bawahnya, maka penerbang butuh descend yang lebih curam (steep descend) untuk kompensasi jarak yang dibutuhkan. Cara untuk melakukan steep descend antara lain dengan menambah kecepatan pada saat descend.

Untuk keperluan separasi maka ATC juga bisa meminta pesawat untuk menambah kecepatannya di atas angka maksimum yang disebutkan oleh part 91.117 ini dengan syarat kecepatan yang diminta dapat dipenuhi oleh batasan (limitation) dari pesawat tersebut.

Yang perlu diingat oleh penerbang untuk minta high speed di bawah 10 ribu kaki adalah untuk menjaga tetap masuk ke kriteria stabilized approach, sehingga kemungkinan keluar landasan pada waktu mendarat tidak terjadi. Gambar di atas untuk mengingatkan mengurangi kecepatan di bawah 5000 kaki. Angka yang paling umum digunakan untuk stabilized approach adalah full landing configuration and speed di 1000 kaki.

safe sky Indonesia....